Pada waktu setelah salat subuh saya kadang sempatkan membaca Al-Qur'an (sayangnya belum setiap hari, astagfirulloh). Biasanya setalah solat saya buka Alquran dan membacanya sambil tiduran di kasur. Pada pagi kali ini ada sesuatu yang mengganjal dihati saya... sebenernya baca Alquran dengan tiduran boleh apa tidak...
Akhirnya saya nyalakan PC saya dan konek internet untuk browsing tentang adab baca alquran... saya ketemu sebuah website yang bernama http://matasalman.com/ ... disitu saya mendapat pencerahan tentang adab membaca Al-Qur'an...
yah untuk nambah2 postingan saya copas disini aja deh isinya... Bukan maksud mencuri post tapi bookmark saya udah kebanyakan jadi sekalian buat bahan bacaan pribadi (pinter banget alibinya) , jika memang tidak diperbolehkan dishare nanti saya hapus hehehe
Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad s.a.w selama 23 tahun secara berangsur-angsur. Tidak main-main perkataan Allah ini dan tidak akan ada makhluk Allah yang dapat menyaingi ilmu-Nya untuk dapat membuat kitab serupa dengan Al Qur’an. Hal ini karena Allah Ta’ala telah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah s.a.w sebagai salah satu mukjizat Nabi dan sebagai pedoman bagi kita, umatnya, untuk menjalani kehidupan yang fana di dunia ini hingga akhir zaman. Berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak maka dari itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim agar isi dari Al Qur’an tetap terjaga sejak zaman Rasulullah hingga saat ini.
Akhirnya saya nyalakan PC saya dan konek internet untuk browsing tentang adab baca alquran... saya ketemu sebuah website yang bernama http://matasalman.com/ ... disitu saya mendapat pencerahan tentang adab membaca Al-Qur'an...
yah untuk nambah2 postingan saya copas disini aja deh isinya... Bukan maksud mencuri post tapi bookmark saya udah kebanyakan jadi sekalian buat bahan bacaan pribadi (pinter banget alibinya) , jika memang tidak diperbolehkan dishare nanti saya hapus hehehe
Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad s.a.w selama 23 tahun secara berangsur-angsur. Tidak main-main perkataan Allah ini dan tidak akan ada makhluk Allah yang dapat menyaingi ilmu-Nya untuk dapat membuat kitab serupa dengan Al Qur’an. Hal ini karena Allah Ta’ala telah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah s.a.w sebagai salah satu mukjizat Nabi dan sebagai pedoman bagi kita, umatnya, untuk menjalani kehidupan yang fana di dunia ini hingga akhir zaman. Berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak maka dari itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim agar isi dari Al Qur’an tetap terjaga sejak zaman Rasulullah hingga saat ini.
Namun, bagaimana seharusnya sikap kita dalam membaca Al-Qur’an? Berikut akan dibahas beberapa adab dalam membaca Al-Qur’an.
- Diutamakan bagi orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Jika tidak menemukan air maka dianjurkan untuk bertayamum.
- Membaca Al-Qur’an disunahkan di tempat yang bersih dan terpilih. Justru, sejumlah ulama menganjurkan membaca Al-Qur’an di masjid karena ia meliputi kebersihan dan kemuliaan. Para sahabat meriwayatkannya dari Abu Hanifah r.a Asy-Sya’bi berkata, makruh membaca Al-Qur’an di tiga tempat: Di tempat mandi, tempat buang air dan tempat penggilingan gandum.
- Diutamakan bagi pembaca Al-Qur’an di luar sembahyang supayamenghadap kiblat. Hendaknya dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya. Dibolehkan baginya membaca sambil berdiri atau berbaring atau di tempat tidurnya atau dalam keadaan lainnya dan dia mendapat pahala, akan tetapi nilainya kurang daripada membaca al Qur’an dengan duduk.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (keagungan Allah s.w.t) bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah s.w.t sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi…” (QS Ali-Imran 3:190-191)
- Jika hendak mulai membaca Al-Qur’an, maka dia memohon perlindungan dengan mengucapkan ta’awwudz, yaitu: A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir rajiim (Aku Berlindung kepada Allah s.w.t dari Syaitan yang terkutuk. Kemudian, sesungguhnya ta’awwudz itu mustahab (disunahkan) dan bukan wajib, serta selalu membaca basmalah pada awal setiap surah selain Surat At Taubah karena sebagian besar ulama mengatakan, ia adalah ayat, sebab ditulis di dalam Mushaf. Jika tidak membaca basmalah, maka dia meninggalkan sebagian Al-Qur’an menurut sebagian besar ulama.
- Berusaha untuk menangis ketika membaca Al-Qur’an.
Allah berfirman: “Dan mereka menyungkurkan wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al-Israa 17:109).Dari Rasulullah SAW beliau berkata,” Sesungguhnya Alqur’an turun dengan kesedihan, maka apabila kamu membacanya hendaklah sambil menagis. Jika engkau tidak bisa menangis maka berusahalah untuk menangis dan melagukannya (menyenandungkannya). Barangsiapa yang tidak melagukan bacaan Al Qur’an maka tidak termasuk golongan kami. (HR. Ibnu Majah)Diriwayatkan dari Abu Shahih, katanya: Beberapa orang datang dari Yaman menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mereka membaca Al-Qur’an dan mereka menangis. Kemudian Abu Bakar berkata: “Demikianlah keadaan kami jika membaca Al-Quran.”
- Jika mulai membaca, hendaklah bersikap khusyuk danmerenungkan maknanya ketika membaca.
Allah Azza wa jalla berfirman: “Ini adalah suatu Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkat supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya…” (QS Shaad 38:29)
- Anjuran mengulang-ulang ayat untuk direnungkan. Dalam suatu hadis Riwayat Nasa’I dan Ibnu Majah mengatakan, “Nabi s.a.w mengulang-ulangi satu ayat sehingga pagi.” Ayat itu adalah:”Jika Engkau siksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu” (Q.S Al-Maidah: 118)
- Hendaklah membaca Al-Qur’an dengan tartil.
Allah berfirman: “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (QS Al-Muzzammil 73:4)
- Diutamakan jika melalui ayat yang mengandung rahmat agar memohon kepada Allah s.w.t dan apabila melalui yang mengandung siksaan agar memohon perlindungan kepada Allah s.w.t dari kejahatan dan siksaan.
- Hal yang perlu diperhatikan dan amat ditekankan adalah memuliakan Al- Qur’an dari hal-hal yang kadang-kadang diabaikan oleh sebagian orang yang lalai ketika membaca bersama-sama. Diantaranyamenghindari tertawa, berbuat bising dan bercakap-cakap di tengah pembacaan, kecuali perkataan yang perlu diucapkan. Hendaklah dia mematuhi firman Allah s.w.t:
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-A’raf 7:204)
- Tidak boleh membaca Al-Qur’an dengan selain bahasa Arab.
- Membaca menurut tertib mushaf. Para ulama berkata: “Pendapat yang lebih terpilih adalah membaca menurut tertib Mushaf, maka dia baca Al-Fatihah, kemudian Al-Baqarah, kemudian Ali Imran, dan seterusnya. Kecuali sesuatu yang telah ditentukan dalam syarak yang merupakan pengecualian, seperti sembahyang Hari Raya, shalat dhuha dan lainnya.
- Anjuran membaca Al-Qur’an oleh jemaah secara bersama-sama. Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bahawa Baginda bersabda: “Tidaklah suatu kaum menyebut nama Allah swt bersama-sama,kecuali mereka dikelilingi oleh para malaikat, diliputi rahmat dan turun ketenangan ke atas mereka serta Allah swt menyebut mereka di antara para malaikatnya di sisi-Nya.” (Riwayat Tirmidzi dan dia berkata, hadith ini hasan shahih)
- Membaca Al-Qur’an dengan suara kuat. Tilawah disunnahkan mengeraskan suara, karena itu adalah syiar Islam. Kalau keadaan tidak memungkinkan untuk bersuara keras, maka lebih baik Anda mentadabburi Alqur’an. Perlu diperhatikan pula etika lainnya dalam bertilawah sesuai hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra.
“ Yang termasuk sebagus-bagusnya suara adalah (dengan) membaca Al-Qur’an yang apabila kamu mendengarkan ia membacanya, kamu akan menduga ia takut kepada Allah.”(HR. Ibnu Majah)Menyenandungkan Al-Qur’an tentu harus memperhatikan setiap ayatnya. Termasuk darri adab tilawah, yakni menjaga hukum-hukum tajwid, tentunya menyenandungkan dan bertilwah dengan menjaga adab-adab ini akan sulit dipenuhi bila tilawah kita sangat lirih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar