Senin, 12 Januari 2015

Dua Belas Isteri Nabi Muhammad dengan Alasan dan Latar Belakang Pernikahannya Masing – Masing. (MAKALAH)



Banyak kaum kafir yang menyebar fitnah tentang kisah Nabi Muhammad dengan istri-istrinya... disini saya rangkum Makalahnya waktu mendapat tugas dari dosen... sayang sumber bukunya kelupaan, nanti saya cari lagi dan edit cantuman sumber bukunya... :D






1. Sayyidah Khadijah Binti Khuwalid






Semua Mmsa muda Nabi Muhammad dilalui dikota Makkah. Saat itu sebenarnya mudah bagi beliau untuk mencari kesenangan karena godaan ada dimana – mana. Akan tetapi beliau menjalani hari – hari dengan tenang , tentramm serta menjaga kehormatan. Beliau tidak pernah meminang satupun wanita seperti yang dilakukan oleh pemuda lain. Andaikata beliau adalah orang yang haus akan wanita tentu ia akan bersegera melangsungkan pernikahan dalam usia yang sangat muda. Nabi Muhammad yang masih muda saat itu lebih memilih melakukan perniagaan dengan modal harta milik Khadijah binti Khuwailid. Beliau dikenal sebagai pedagang yang jujur dan baik. Hal inilah yang membuat Khadijah kagum.


Siti Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki kekayaan melimpah dan memiliki garis keturunan yang terhormat. Beliau adalah seorang wanita janda yang sebelumnya telah menikah dua kali dengan dua orang dari bani Makhzum. Meskipun sering dipinang oleh pembesar Quraisy, namun semuanya ditolak karena tau mereka hanya menginginkan harta benda miliknya.


Khadijah yang mengagumi kejujuran Muhammad, berniat untuk meminang Muhammad sebagai suaminya. Meskipun saat itu jarak umur keduanya sangat jauh, dengan bantuan saudara perempuanya Khadijah berhasil menikah dengan Muhammad jauh sebelum diangkat menjadi seorang Nabi. Rumah tangga keduanya begitu rukun dan bahagia. Namun ditengah malam tertentu Muhammad sering meninggalkan rumah untuk beribadah di gua Hira’, itu semua tentu saja dengan seizin dari Khadijah. Setiap bulan Ramadhan beliau mengasingkan diri dengan hanya membawa sedikit bekal. Andaisaja beliau adalah orang yang mabuk wanita tentu saja beliau tak akan repot – repot meninggalkan rumah untuk beribadah.


Ketika Muhammad diangkat sebagai Nabi, Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepada beliau. Setiap kali Nabi Muhammad mendapat cemoohan dari kaum musrikin, Khadijah selalu mendampingi dan menguatkan beliau.


Ketika menjalani rumah tangga dengan Khadijah, Nabi Muhammad tidak pernah berfikir untuk menikahi wanita lain. Padahal saat itu poligami telah membudaya dikalangan kaumnya. Maka ketika Khadijah wafat, Nabi Muhammad merasa sangat kehilangan. Nabi Muhammad sangat setia terhadap Khadijah. Meskipun memutuskan untuk menikah lagi Nabi Muhammad tetap mengharumkan nama almarhumah isteri pertamanya tersebut. Sampai terkadang terjadi sedikit kecemburuan bagi isterinya yang lain.






2. Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdu Syams






Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdu Syams termasuk wanita pertama masuk Islam bersama suaminya As-Sukran yang merupakan saudara sepupunya. Karena keislamanya, Saudah dikucilkan oleh saudara – saudara sepupu serta kerabatnya. Dengan suaminya ia hijrah ke Habasyah ( Ethiopia) untuk menghindari gangguan kaum musyrikin. Ketika kembali ke Makkah suaminya akhirnya meninggal dunia.


Saudah adalah wanita yang gemuk,tua dan lamban. Dia sangat menyadari keadaanya jika sulit baginya untuk mencari laki – laki sebagai pengganti suaminya. Saudah pun tidak mungkin kembali kekeluarganya karena mereka tidak setuju dengan masuknya beliau ke agama Islam.


Namun Nabi Muhammad melakukan hal yang mulia dengan menikahi Saudah. Ini dilakukan untuk melindungi Saudah dari gangguan kaumnya yang terkenal kasar dan bengis. Disamping itu merupakan penghormatan atas sikapnya yang terdepan dalam memeluk agama Islam. Demikian juga sebagai penghargaan atas kesabaranya dalam berkomitmen dengan aqidah yang diyakininya. Dan bagi Saudah sendiri semua beban kerinduan terhadap suaminya menjadi ringan.


Di sisi lain pernikahan ini merupakan strategi halus untuk melunakan hati kaumnya serta membujuk mereka untuk masuk Islam. Karena melalui pernikahan ini secara tidak langsung mereka telah menjadi kerabat dari Nabi Muhammad.






3. Aisyah binti Abu Bakar






Aisyah adalah puteri seorang sahabat terdekat Nabi Muhammad, yaitu Abu Bakar. Abu Bakar adalah sahabat yang selalu berada di samping Nabi Muhammad baik saat hijrah dari Makkah ke Madinah maupun saat berjihad. Abu Bakar rela dengan sepenuh jiwa dan raga serta harta membantu Nabi Muhammad menyebarkan agma Islam. Oleh karena itu Nabi Muhammad mengganggap Abu Bakar sebagai orang yang paling dekat layaknya perdana menteri pertama bagi beliau.


Untuk menambah kemulian sahabat yang palind disayangnya tersebut, maka Nabi Muhammad menikahi Aisyah. Nabi Muhammad menikahi Aisyah disaat beliau berada dalam kondisi membutuhkan seorang pendamping. Sebab isteri beliau yang kedua yaitu Saudah disamping sudah tua, lebih mirip sebagai isteri simbolis bertujuan untuk memuliakan seorang wanita yang berjuang demi Islam, serta untuk melunakan sifat kaumnya hingga dapat membujuk mereka untuk menerima dakwah Islam.


Nabi Muhammad juga manusia biasa yang dapat merasakan lapar, dahaga, puas, terjaga , tidur, sehat , sakit, senang, sedih, marah, dan perasaan lainya seperti manusia yang lain. Nabi Muhammad juga mempunyai rumah yang menjadi kemestian bahwa dalam sebuah rumah adalah keberadaan seorang isteri. Oleh karena itu dapat dimaklumi jika beliau sangat membutuhkan pendamping hidup setelah Khadijah tiada. Pernikahan ini juga bertujuan untuk mempererat tali persahabatan serta persaudaraan antara Nabi Muhammad dengan sahabatnya, yaitu Abu Bakar.


Aisyah adalah seorang wanita yang cerdas dan memiliki daya ingat yang sangat kuat. Beliau terkenal sebagai perawi hadist serta mengerti tentang hukum. Banyak orang – orang yang bertanya tentang persoalan yang menyangkut tentang hadist dan hukum Islam. Tidak jarang para sahabat senior yang menemukan kesulitan dalam suatu persoalan agama, mereka meminta fatwa kepada Sayyididah Aisyah RA. Selain cerdas Aisyah juga dikenal sebagai wanita yang lincah dan fasih dalam berbicara. Beliau dikenal sebagai pewaris sya’ir – sya’ir paling banyak. Kenyataan diatas menunjukan bahwa selain bermanfaat bagi kehidupan Nabi Muhammad, pernikahan ini juga sangat bermanfaat bagi agama Islam.






4. Hafsyah






Hafshah adalah putri Umar bin Khatab, sahabat Nabi Muhammad yang kedua. Beliau sebelumnya telah menikah dengan Khunais bin Hudzafah As-Sahmiya yang meninggal karena luka parah setelah ikut berjuang dalamt perang Badar. Umar bin Khatab selaku bapak dari Hafshah berniat menikahkan puterinya dengan Abu Bakar As-Siddiq namun tak diberi respon dan tak juga diberi jawaban, maka dari itu Umar merasa kesal.


Setelah itu Umar bin Khatab berniat menawarkan putrinya tersebut kepada sahabat yang lain, yaitu Utsman bin Affan yang kebetulan beliau pada waktu itu baru ditinggal istrinya wafat, yaitu Ruqyyah puteri Nabi Muhammad. Namun tawaran tersebut juga ditolaknya dikarenakan Utsman sendiri bermaksud menikahi Ummu Kaltsum yang juga merupakan salah satu puteri dari Nabi Muhammad.


Karena mendapat penolakan dari kedua sahabatnya itu, Umar pun kecewa dan marah. Kemudian beliau mengadukan permasalahanya kepada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad sangat mengerti tentang perasaan Umar yang tentu saja sangat sakit. Lalu dengan sikapnya yang sangat terpuji Nabi Muhammad memberikan solusi yang terbaik bagi Umar. Beliau bersabda, ”Hafsyah akan dinikahi oleh orang yang lebih baik dari pada Utsman,dan Utsman akan menikahi pula wanita yang lebih baik dari pada Hafsyah”.


Tak lama berselang Nabi Muhammad melamar Hafsyah, pernikahan ini berlangsung pada tahun ketiga dari hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Setelah pernikahan ini Umar merasa terobati sakit hatinya dan merasa sangat gembira. Disisi lain Ustman pun menikah dengan Ummu Kaltsum.


Dengan ini pula telah menjadi bukti bahwa pernikahan tersebut di dasari atas nuansa persahabatan, serta upaya yang sungguh-sungguh menjaga kemurnian persahabatan diantara Nabi Muhammad dengan para sahabatnya. Berkat pernikahan Nabi Muhammad dengan Hafsyah pula Umar bin Khaththab mendapatkan kemuliaan. Sedang bagi Hafsyah juga mendapat kemuliaan karena mendapatkan pengganti pendamping hidup setelah suaminya meninggal akibat perang Badar.






5. Ummu Salamah.






Ummu Salamah Hindun Binti Abu Umayyah Hudfaifah Bin Al Mughirah Al Makhzumi, sebelum menjadi isteri Nabi Muhammad beliau adalah isteri dari Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad bin Makhzum. Bersama suaminya beliau pernah ikut hijrah ke Habasyah ( Ethiopia). Setelah itu mereka juga ikut hijrah kembali ke Madinah. Sang suami yang dikenal sebagai prajurit yang gagah berani pernah ikut dalam perang Badar. Lalu ikut ikut kembali dalam perang Uhud. Namun karena menderita luka parah pada akhirnya beliau wafat.


Perlu diketahui Ummu Salamah masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad karena merupakan puteri dari bibi Nabi. Selain itu Ummu Salamah adalah saudara sesusuan beliau. Ketika Suaminya meninggal, Ummu Salamah sudah berusia tua. Beliau pernah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun ditolak dengan alasan sudah tua dan mempunyai anak yang banyak, serta memiliki kecemburuan yang tinggi.


Nabi Muhammad mengambil inisiatif untuk menikahi Ummu salamah dengan tujuan memberikan perlindungan dan pemeliharaan kepada beliau serta anak – anaknya . Pernikahan itu juga sebagai balasan atas jasa yang telah diberikan suaminya untuk agama Islam sendiri. Apalagi Nabi Muhammad melihat Ummu Salamah terlihat sedih setelah suaminya meninggal.






6. Zainab binti Khuzaimah.






Zainab pada masa jahiliyah dikenal sebagai ibu orang – orang miskin ( Ummul Masaakiin). Sebelumnya beliau adalah isteri Thufail bin Harits bin Muthalib, salah seorang pejuang yang gugur dalam perang Uhud. Dalam versi lain beliau adalah isteri Abdullah bin Jahsy yang juga gugur dalam perang Uhud. Zainab bukanlah seorang wanita yang cantik. Beliau sudah tua dan mempunyai anak.


Lalu dengan maksud memberi kemaslahatan kepada Zainab serta untuk memberi penghidupan kepada anak – anaknya, Nabi Muhammad menikahi beliau. Itulah balasan yang diberikan oleh Nabi Muhammad atas perjuangan suami Zainab di medan jihad. Pernikahan yang terjadi pada tahun ketiga hijriah ini hanya berlangsung tiga bulan karena Zainab dipanggil lebih dahulu kehadirat Illahi.






7. Juwairiyah binti Al Harits bin Abu Dhirar Al Khuza’iyah






Telah dijelaskan diatas beliau adalah puteri pemimpin bani Musthaliq yang jelas – jelas memusuhi Nabi Muhammad. Ayahnya Al Harits bin abu Dhirar serta kaumnya kalah dalam suatu peperangan melawan pihak kaum muslimin. Juwairiyah yang pada saat itu menjadi tawanan berada di tangan Tsabit bi Qais, kemudian Tsabit bin Qais sendiri memberikan syarat kepada Juwairiyah hingga dapat terbebas,syarat tersebut adalah Juwairiyah harus melunasi harga dirinya sendiri. Tak ada yang dapat diharapkan oleh Juwairiyah seseorang yang dapat membantunya selain Nabi Muhammad. Maka beliau datang menemui Nabi Muhammad dengan maksud agar dibantu dan dapat membebaskan dirinya sebagai tawanan


Sungguh mulia apa yang menjadi jawaban Nabi Muhammad, tidak hanya membantu membebaskan Juwairiyah, beliau juga meminang Juwairiyah dengan tujuan untuk memuliakanya. Pernikahan tersebut kini membawa pengaruh yang luar biasa, saat itu kaum muslimin dengan sukarela membebaskan para tawanan dan memerdekakanya karena mengganggap bani Musthaliq telah menjadi salah satu kerabat Nabi Muhammad. Sedangkan di sisi lain bani Musthaliq akhirnya bersedia untuk menerima dan memeluk agama Islam, dan setia dalam barisan para pembela islam. Dengan demikian pernikahan ini membawa kemaslahatan bagi agama Islam karena mendapat tambahan kekuatan dari bani Musthaliq dalam perjuangan membela Islam.






8. Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb






Sebelumnya beliau bernama Ramlah, beliau masuk Islam meskipun ditentang oleh ayahnya sendiri yang bernama Abu Sufyan. Abu Sufyan terkenal sebagai musuh Nabi yang sangat sirik dan keras pada saat itu. Bersama suaminya terdahulu Ummu Habibah ikut hijrah ke Habasyah ( Ethiopia ). Akan tetapi sesampainya di daerah tujuan, sang suami murtad dan memeluk Nashrani. Saat itu Ummu Habibah juga diajak oleh suaminya masuk ke Nashrani, tetapi ditolak. Tak lama kemudian sang suami meninggal dunia.


Pengorbanan Ummu Habibah begitu besar. Beliau rela menderita hijrah ke Habsyah demi mempertahankan keislamanya. Beliau rela meninggalkan suaminya yang murtad dari jalan Islam. Serta beliau lebih memilih Islam meskipun ditentang oleh ayahnya sendiri. Didasari hal itulah Nabi Muhammad memberi balasan dengan memuliakan beliau yaitu dengan menikahinya. Pernikahan ini bertujuan untuk menyelamatkan Ummu Habibah dari kesulitan, keterasingan, kesendirian serta kemiskinan. Di sisi lain pernikahan ini juga bertujuan untuk melunakan hati Abu Sufyan agar dapat menerima Islam.






9. Zainab binti Jahsy bin Ri’ab






Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Zainab adalah puteri dari bibi Nabi. Zainab meruPakan mantan isteri Zaid, seorang budak yang kemudian dijadikan anak angkat oleh Nabi Muhammad. Atas dasar perintah Allah, Nabi Muhammad meminta Zainab agar mau menikah dengan Zaid. Akan tetapi dalam kehidupan rumah tangga mereka, Zainab dan Zaid tidak begitu bahagia. Hal ini karena Zainab merasa martabatnya sebagai putreri bangsawan Quraisy lebih tinggi dibandingkan Zaid yang hanya seorang budak. Setelah beberapa lama Zaid menyampaikan keadaan rumah tangganya kepada Nabi Muhammad dan berniat akan menceraikanya. Sebenarnya Nabi Muhammad sudah tahu bahwa Zaid akan menceraikan Zainab karena Allah telah memberi tahu beliau melalui wahyu, yang kemudian Nabi Muhammad diperintahkan untuk menikahi mantan isteri anak angkatnya. Namun Rasulullah tetap meminta Zaid untuk mengurungkan niatnya. Kehendak Allah tidak dapat terelakan, Zaid pun menceraikan Zainab.


Banyak sekali cerita - cerita kurang menyenangkan yang hadir mengenai pernikahan ini, kabar bohong yang sengaja disebar kaum munafik untuk menjatuhkan Nabi Muhammad, salah satu bukti kebohongan ini adalah cerita yang mereka perbuat untuk menggambarkan kronologis awal terjadinya pernikahan tersebut, sebagai contoh suatu perkataan yang menggambarkan bahwa suatu hari nabi datang untuk bertamu ke rumah Zaid akan tetapi pada saat itu Zaid tidak berada di rumah, Zainab mempersilahkan nabi untuk masuk namun nabi menolaknya,setelah Zaid kembali zainab menceritakanya kepada suaminya,setelah itu Zaid pergi dan menemui Rasulullah, Zaid berniat menceraikan Zainab untuk nabi namun saat itu nabi berkata”tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”


Versi lain juga menceritakan suatu hari Nabi datang kerumah Zaid namun nabi tidak menemukanya saat itu beliau melihat Zainab sedang duduk di kamarnya sedang berdandan dan memakai parfum,saat nabi memandanginya setelah itu beliau pulang.Setelah Zaid pulang Zainab menceritakan kejadian itu pada suaminya, Zaid berkata”engkau telah membuat Nabi merasa kagum, lalu bagaimana jika aku menceraikanmu agar beliau dapat menikahimu?” Zainab berkata,” aku kawatir engkau menceraikanku sementara beliau tidak juga mengawiniku” setelah itu Zaid pergi ke rasulullah dan menceritakan maksudnya tersebut namun,saat itu nabi berucap,” tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah.” Sebenarnya cerita-cerita tersebut sangatlah tidak pantas di alamatkan kepada Nabi Muhammad,banyak hakikat yang dapat menangkis fitnah tersebut, fakta menjelaskan Zaid adalah bekas tawanan masa Jahiliyah, saat itu ia dibeli Khadijah namun oleh Khadijah beliau di hibahkan ke Nabi, saat itu ia diangkat oleh Nabi Muhammad sebagai anak angkat .kemudian saat Zaid dan Zainab sendiri sudah menikah nabi mengetahui niat Zaid untuk menceraikan Zainab hal itu juga di karenakan sikap Zainab yang belum mampu menanggalkan gengsimya karena kemuliaan nasabnya, tak jarang perlakuan itu Zainab tunjukkan pada suaminya secara tidak pantas serta memperdengarkan kepada Zaid perkataan-perkatan yang menyakitkan, hingga pernah di ceritakan pada suatu saat Zainab tidak memperkenankan Zaid untuk menyentuh tubuhnya, sebagaimana layak seorang suami menyentuh istrinya. Karena tidak tahan akan perlakuan isterinya mana Zaid menceraikan Zainab.


Kemudian Rasulullah menikahi Zainab sesuai syari’at Illahi. Hal ini juga bertujuan untuk menghapus kebuasaan masyarakat Arab yang mengharamkan seorang laki – laki untuk menikahi mantan isteri anak angkatnya sendiri. Dengan contoh yang nyata tersebut akhirnya kebiasaan bangsa Arab tersebut dapat ditinggalkan.






10. Shafiyah binti Huyay bin Akhthab






Merupakan wanita yang memiliki hikmah, cerdas, serta kedermawanan. Shafiyah binti Huyay bin Akhthab adalah seorang wanita berkebangsaan Yahudi, beliau pernah mempunyai dua orang suami yang sama-sama berkebangsaan Yahudi, yaitu Salam bin Misykam dan Khinanah bin Ar-Rbi’bin Abu Al Haqiq. Shafiyah merupakan salah satu tawanan perang Khaibar. Suatu saat Dihyah Al Kalbi meminta kepada rasulullah untuk memberikanya seorang budak wanita,oleh Nabi Muhammad beliau dipersilakan untuk memilih sendiri wanita mana yang ia sukai, kemudian Dihyah memilih Shafiyah. Pada saat itu para sahabat memberitahu Nabi bahwa ia adalah putri pemimpin bani Quraizhah dan bani Nadhir, mereka berpendapat hanya Nabi Muhammadlah yang pantas mendapatkanya, maka saat itu Nabi meminta Dihyah untuk meilih wanita yang lain selain Shafiyah.


Oleh Nabi Muhammad, Shafiyah diberi pilihan antara dipulangkan ke kaumnya atau dimerdekakan dan kemudian di nikahi oleh Nabi. Namun Shafiyah lebih memilih untuk menikah dengan Nabi Muhammad.


Konon sebelum peristiwa ini terjadi, yaitu ketika Shafiyah masih berstatus sebagai istri Kinanah, beliau pernah bermimpi melihat bulan jatuh di kakinya, lalu beliau menceritakan hal tersebut kepada suaminya. Kinanah berkata, ”tidak ada makna lain dari mimpi ini kecuali bahwasanya engkau mengharap untuk menjadi istri bagi penguasa Hijaz yakni Muhammad.” kemudian sang suami menampar Shafiyah hingga terdapat memar di kedua matanya. Saat Shafiyah dipersembahkan kepada Nabi Muhammad, terlihat bekas lebam dikedua matanya. Nabipun bertanya mengenai hal itu, Shafiyah akhinya bercerita kepadanya.


Tujuan dari pernikahan ini begitu mulia yaitu untuk menjaga dan memelihara seorang wanita tawanan perang, apalagi ia merupakan puteri dari pemimpin kaumnya. Andai saja Shafifah jatuh ketangan laki - laki yang salah maka sepanjang hidupnya akan menderita dalam status sosial yang rendah. Selain itu pernikahan ini juga didasarkan kehendak Shafifah yang memilih dinikahi oleh Nabi dibandingkan pulang ke kaumnya.






11. Maimunah binti Al Harits bin Hazn Al Hilaliyah






Beliau adalah wanita yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pemuk abangsa Arab. Misalnya saudara kandungnya adalah:Ummu Fadhl Lubabah Al Kubra,merupakan istri Al Abbas bin abdul Muthalib(paman nabi),kemudian Asma’merupakan istri Ubay bin Khalaf Al Jumahiy,Azzah yang merupakan istri Ziyadah bin Abdullah Al Jumahiy,Asma binti Umais istri Ja’far bin abu Thali,serta Salma binti Umais yang merupakan istri Abdul malik bin Ka’ab bin Munabbih Al Khats’amiy.


Maimunah sebelumnya telah janda dua kali. Setelah suami keduanya meinggal, Abbas bin Abdul Muthalib meminta kepada Nabi Muhammad untuk menikahi Maimunah. Nabi pun menerima tawaran tersebut. Dan akhirnya Nabi Muhammad menikah dengan Maimunah. Sebelumnya ada beberapa perkara yang berkaitan dengan pernikahan ini yang harus dipahami:


a) Maimunah mempunyai saudara perempuan yang merupakan isteri dari Abbas bin Muthalib ( paman Nabi). Saudara perempuan kedua adalah isteri Ja’far bin Abu Thalib, sedangkan saudara perempuan yang satunya adalah isteri Hamzah bin Abdul Muthalib (juga paman Nabi). Abbas, Ja’far, dan Hamzah adalah orang – orang terdekat Nabi Muhammad dan sangat dicintainya.


b) Abbas bin Abdul Muthalib dan Ja’far bin abu Thalib menawarkan Maimunah kepada Nabi Muhammad, mereka menginginkan kemuliaan bagi Maimunnah sekaligus bagi keduanya. Untuk menghargai dan menunjukan rasa cinta dan setia dari Nabi untuk persahabatan, beliau sangat sulit untuk menolak tawaran tersebut.


c) Saudara Maimunah telah menikah dengan para pemuka agama islam, maka sangat wajar jika beliau ingin menyamai saudara-saudaranya.


d) Pada saat itu pula Maimunah hanyalah seorang wanita kurang memiliki daya tarik para laki-laki karena saat itu ia sudah menjanda dan usianya sudah tua.


e) Maimunah adalah wanita yang menghibahkan dirinya bagi Nabi.


Dapat disimpulkan bahwa pernikahan tersebut merupakan contoh kemuliaan jiwa Nabi Muhammad, beliau tidak mungkin menolak keinginan kedua paman yang sangat disayanginya. Dan juga tidak mungkin beliau mengecewakan wanita yang telah minghibahkan dirinya sendiri untuk Nabi.






12. Mariyah Al Qibthiyah






Mariyah adalah istri Nabi yang terakhir. Suatu ketia Nabi Muhammad mengutus Abu Balta’ah untuk mengantarkan surat yang berisi ajakan untuk menerima ajaran Islam kepada Al Muqauqis yang merupakan penguasa di negri Iskandaria dan Mesir. Al Muqauqis sendiri sangat senang dan menyambut baik tawaran tersebut, maka beliau mengirimkan berbagai hadiah kepada Nabi Muhammad. Salah satu diantaranya adalah Mariyah Al Qibthiyah dan saudara perempuanya yaitu Sirin Wakhashi. Dikisahkan pula bahwa diantara hadiah tersebut terdapat empat wanita.





Kemudian Nabi Muhammad memberikan Sirin pada Hasan bin Tsabit untuk dinikahi yang pada akhirnya melahirkan anak bernama Abdurrahman. Sedangkan Nabi sendiri menikahi Mariyah dan dikaruniahi putra bernama Ibrahim. Sebenarnya pernikahan ini semata – mata hanya untuk menghormati pemberian oleh Al Mugauqis. Karena pada saat itu Nabi Muhammad sedang giat dalam menyebarkan agama. Andaisaja Mariyah dikembalikan maka dikhawatirkan Muqauqis akan tersinggung dan mengganggap bahwa Nabi begitu arogan. Pernikahan ini juga merupakan salah satu contoh nyata terhadap hukum yang memperbolehkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita ahli kitab (penganut ajaran agama Nashrani atau Yahudi).
5 Kepo Maksimal: Dua Belas Isteri Nabi Muhammad dengan Alasan dan Latar Belakang Pernikahannya Masing – Masing. (MAKALAH) Banyak kaum kafir yang menyebar fitnah tentang kisah Nabi Muhammad dengan istri-istrinya... disini saya rangkum Makalahnya waktu mendapat tu...

Tidak ada komentar:

< >

viva log